Sejarah Proses Terciptanya Bahasa Indonesia
Artikel lanjutan dari - Cara Terbentuknya Bahasa Indonesia, part 1.
Kita telah membentangkan pengaruh persurat-kabaran, sedangkan yang terpenting diantaranya adalah Bintang Timur (Tjaja Timur) yang terbit di Jakarta dan Pewarta Deli di Medan. Tetapi banyak juga surst-surat kabar Melayu-Tionghoa yang terkenal. Kita menyebutkan hal ini bukanlah karena menjadi faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia, tetapi oleh karena Melayu-Tionghoa ini, menurut caranya sendiri juga mengalami kemajuan menjadi bahasa jurnalistik, diluar garis-garis yang lebih berdasarkan ilmu pengetahuan yang diturut oleh Balai Pustaka dan diindahkan setidaknya oleh pers Indonesia. Dipandang dari sudut ilmu bahasa, tidaklah diperoleh pimpinan yang berguna dari jurnalistik Tionghoa itu, tetapi diantara para wartawannya banyak juga terdapat orang yang pandai menerangkan keadaan dengan tepat dan menguraikan kenyataan secara menarik hati, meskipun susunan bahasanya tidak sempurna.
Orang-orang Indonesia pun sadar juga akan hal ini, dan Alisjahbana telah menghargainya pula didalam karangannya tentang jurnalistik Melayu-Tionghoa.

Karena itu baik surat-surat kabar maupun Balai Pustaka ada memberi tunjangan guna perkembangan sebuah bahasa yang modern. Tetapi semuanya ini tidak akan sanggup menjelmakan bahasa Indonesia, jika tidak bergandengan tangan dengan rasa persaudaraan nasional dan cita-cita persatuan.

Erat kaitannya hubungan suatu bangsa dengan bahasanya, "Bukan saja karena bahasa itu menurut theorie culturnatie menjadi pengikat manusia-manusia hingga menjadi natie, tetapi karena bahasapun menjadi cermin hidup jiwa suatu bangsa", dan bagi kita bangsa yang menciptakan suatu persatuan, terlebih pula pada arti bahasa itu, karena cita-cita kita untuk menjadikan suatu bahasa, yakni Bahasa Indonesia sebagai tali pengikat seluruh golongan penduduk Tanah-Air kita".
"Ketika hidup politik kebangsaan mulai mendalam, maka terasalah kebutuhan pada satu bahasa". Demikian kutipan dari Pujangga Baru VI, bab 31.

Kehidupan perpolitikan pun mulai berkembang, berbagai himpunan/organisasi telah didirikan, mulai dari :
  • Budi Utomo (pada tahun 1908 oleh Dr. Sutomo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo)
  • Partai Hindia (1912), Dr. E. F. E Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara
  • Serikat Islam (1913, Hadji Saman Hudi dan Hadji Umar Said Tjokroaminoto)
  • Perhimpunan Indonesia (ditanah Belanda dulu bernama Indische Vereniging 1908, kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereniging 1922).
  • Perserikatan Nasional Indonesia (1927), Dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Sukarno, dll.
  • Partai Indonesia (1931, Mr. Sartono)
  • Pendidikan Nasional Indonesia (1931, Drs. Hatta, Sutan Sjahrir).
  • Partai Indonesia Raya (1935, Dr. Sutomo, fusi diantara Budi Utomo, Persatuan Bangsa Indonesia, Serikat Selebes, Serikat Sumatra, Serikat Ambon, dll)
  • Gerakan Rakyat Indonesia (1937, Mr. Amir Sjarifuddin, Mr. Muh. Yamin, Dr. A. K. Gani, dll)
Pada tahun1939 terbentuklan front nasional yang merupakan satu federasi beberapa gerakan politik dan sebagian besar dari gerakan sosial dan ekonomi yang disebut dengan Gabungan Politik Indonesia lebih terkenal dengan nama GAPI dengan aksinya "Indonesia berparlemen".
Selain dari itu terdapat lagi gerakan pemuda seperti : Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Batak,..dll, yang kemudian menggabungkan diri menjadi Indonesia Muda. Pada tahun 1928 terjadilah suatu hal yang tak bisa kita lupakan ketika Indonesia mengangkat sumpah bahwa seluruh anggotanya berbangsa satu dan berbahasa satu, yaitu Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia.

Bersambung ke - Sumpah berbangsa Indonesia dan berbahasa Indonesia, part 3