Tulang Belulang Warisan Terakhirku
Puisi Warisan Terakhir

Aku sudah mengeja aksara sejak usia pagi
kemudian kucoba merangkai kata dan kalimat sebisanya
Cuaca bathin kutuangkan sepenuh-penuh perasaan
Warna-warni pelangi kucurahkan ke permukaan
Ada banyak album setelah umur menjelang siang
Isinya seratus potret menuntun mata memandang

Kemudian aku beralih belajar berhitung
Sembilan angka tiada hentinya ku sibuki tiap hari
Ternyata hanya menghadirkan beragam kebisuan
Akhirnya kupunguti lembaran-lembaran yang berserakan
Satu per satu kutelusuri kembali kandungan jiwanya
Seperti mereka, sebenarnya akupun ingin mentertawakannya

Sekali sepanjang hayat ku kebumikan seorang moyang
Walaupun aku merasa koma menopang kedua kaki ini
Agar tetap tegak menapaki titian ke kematian
Sebab tulang-belulang pusaka yang akan diwariskan
Kepada tanah yang diinjak-injak selama penempuhan
Maka kuperluas wilayah keberanian mata-hati
Kutahu pasti kini telah mewujud, tulang-belulangku
: puisiku ini

Karya : Dienar

Image source : http://www.canstockphoto.com/